PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah menetapkan agenda bisnis setelah proses divestasi rampung pada 2025 mendatang. Rencana ini sejatinya telah ditetapkan sebelumnya sebagai program bisnis jangka menengah hingga panjang INCO.
Direktur Keuangan Vale Indonesia, Bernardus Irmanto mengatakan, fokus Perusahaan dalam 3-5 tahun ke depan ialah mengeksekusi semua program investasi yang telah mendapatkan persetujuan pemegang saham di Blok Pomalaa, Bahodopi, dan Sorowako.
Saat ini INCO sedang menggarap tiga proyek jumbo dengan total investasi senilai US$ 9 miliar atau Rp 140 triliun (Kurs Rp 15.600 per dolar AS). Ketiga proyek itu ialah Sorowako Limonite senilai US$ 2 miliar, Smelter Bahodopi US$ 2,5 miliar, dan Smelter Pomalaa US$ 4,5 miliar.
Jika ketiga proyek ini disatukan Vale dapat memproduksi 165.000 ton produk nikel. Khusus untuk smelter Bahodopi dan smelter Pomalaa akan menghasilkan Mix Hydroxide Precipitate (MHP) dan Mix Sulphide Precipitate (MSP) yang akan menjadi bahan baku komponen baterai dalam mobil listrik.
Saat ini, Vale Indonesia semakin serius meninggalkan pembangkit batubara yang menghasilkan banyak emisi. Sebelumnya, manajemen INCO pernah membatalkan proyek konversi batu bara yang dapat menekan potensi tambahan emisi karbon sebesar 200.000 ton CO2 ekuivalen per tahun.
Sumber: Kontan