PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) masih membukukan rugi bersih US$76,5 juta atau sekitar Rp1,14 triliun (asumsi kurs Rp15.000 per dolar AS) pada semester I/2023. Meski demikian, pendapatan perseroan naik signifikan.
GIAA mencatat rugi yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$76,5 juta, atau berbalik rugi dari periode sama 2022 yang mencetak laba US$3,76 miliar. Meski demikian, rugi bersih GIAA berhasil terpangkas 30,54 persen secara quarter-on-quarter (QoQ) dibandingkan periode 31 Maret 2023 yang membukukan rugi US$110,13 juta.
Adapun, beban usaha GIAA terpantau naik tipis 4,06 persen yoy menjadi US$1,26 miliar, dibanding periode tahun sebelumnya sebesar US$1,21 miliar. Beban tersebut termasuk beban operasional penerbangan, beban pemeliharaan, beban bandara, dan lain-lain.
GIAA juga mencatatkan kerugian dari selisih kurs sebesar US$22,47 juta pada paruh pertama 2023, dibanding periode tahun sebelumnya yang laba US$79,97 juta. Berdasarkan neraca, total aset BUMN tersebut tumbuh menjadi US$6,28 miliar hingga 30 Juni 2023 dibanding posisi akhir Desember 2022 yang sebesar US$6,23 miliar.
Liabilitas perseroan tercatat sebesar US$7,89 miliar dibanding akhir 2022 sebesar US$7,77 miliar. Sedangkan ekuitas masih negatif US$1,61 miliar atau naik dari posisi Desember 2022 sebesar US$1,53 miliar.
Sumber: Bisnis