PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mengungkap strategi yang digodok untuk menjagata stabilitas permintaan ekspor di tengah sentimen pelemahan ekonomi global.
Direktur Komersial KRAS Akbar Djohan mengatakan pangsa pasar ekspor menjadi salah satu elemen penting dalam menjaga peningkatan kinerja penjualan. Dalam hal ini, mempertahankan kepercayaan regular market menjadi salah satu kunci.
Terlebih, pendapatan ekspor berperan sebagai production balancing, di mana ketika demand pasar domestik mengalami pelemahan dan penurunan, maka PTKS melakukan strategi ekspor untuk tetap mendapatkan pendapatan (revenue). Di samping itu, selain menggenjot ekspor baja, pihaknya tetap berupaya menyuplai kebutuhan baja baik domestik dengan kualitas dan harga kompetitif.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 3 negara tujuan ekspor baja terbesar Indonesia selain China sampai dengan Juli 2023 untuk kode HS 72 adalah Taiwan, India dan Vietnam. Namun, KRAS membidik pasar ekspor di luar 3 negara tersebut seperti Malaysia dan negara-negara Eropa seperti Belgia, Turki, dan Italia.
Adapun beberapa alasan absennya KRAS untuk ekspor baja ke China yakni karena pascapandemi, China sebagai produsen baja terbesar di dunia dengan kapasitas produksi 1,3 miliar ton per tahun, kembali berproduksi secara normal.
Selain itu, China mayoritas memproduksi baja carbon sehingga tidak kesulitan untuk memenuhi kebutuhan demand dalam negerinya, bahkan dengan terjadinya pelemahan demand domestik dan kelebihan produksi baja carbon, China menjadi net exportir terbesar untuk produk tersebut.
Di sisi lain, harga ekspor untuk negara tujuan China kurang menarik bagi PTKS maupun produsen dalam negeri lainnya dikarenakan harga domestik mereka yang bisa jauh lebih murah.
Sumber: Bisnis