Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi piutang pembiayaan multifinance pada semester II/2023 akan melambat. Padahal piutang pembiayaan tumbuh 16,38 persen yoy menjadiRp441,23 triliun dari Rp379,11 triliun per Mei 2022.
Terkait hal tersebut, PT Adira Dinamika Multi Finance (Adira Finance) menyebut bahwa prediksi regulator beralasan. Menurut Chief Financial Officer Adira Finance Sylvanus Gani Mendrofa piutang pembiayaan multifinance kemungkinan melambat tetapi tidak menurun.
Percepatannya lebih moderat dengan alasan angka basis pada semester I tahun lalu relatif lebih rendah dibandingkan tahun ini. Hal tersebut lantaran banyak faktor seperti geopolitik Rusia-Ukraina, Covid-19 varian Omicron dan kesulitan supply microchip. Kemudian ada juga masalah inflasi dan bunga acuan yang melonjak.
Gani berpendapat faktor Non Perfoming Financing (NPF) juga menjadi salah satu hal yang membuat pelaku industri pembiayaan akan lebih berhati-hati. Namun dia mengklaim, kenaikan NPF masih dalam rentang yang stabil untuk Adira Finance. Adira Finance mencacatkan, pertumbuhan piutang pembiayaan sudah naik 23 persen untuk Januari-Juni, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, Presiden Direktur CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman mengatakan dalam memitigasi kemungkinan yang diprediksi oleh OJK, pihaknya selalu melakukan proses akuisisi dengan penerapan suku bunga berbasis profil risiko nasabah (risk base pricing). Dengan demikian, dia menyebut pendapatan perusahan tetap terjaga seiring dengan kualitas portfolio yang sehat. Selain itu, CNAF juga fokus dalam memberikan pelayanan yang lebih kepada nasabah existing Bank CIMB Niaga.
Sumber: Bisnis