Kontribusi sektor properti yang terdiri dari real estate dan konstruksi bangunan merupakan sektor strategis dalam perekonomian nasional. Industri sektor properti bahkan telah memiliki sumbangsih untuk membangkitkan banyak sektor industri lainnya yang beririsan.
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Uka Wikarya menyampaikan, hasil kajian risetnya dimana Sektor Properti, Real Estate, dan Konstruksi Bangunan selama periode 2018-2022 berkontribusi besar terhadap penciptaan nilai output perekonomian (Omzet) sebesar Rp 4,74 triliun hingga Rp 5,78 triliun per tahunnya.
Capaian omzet tersebut tidak terlepas dari sektor-sektor yang beririsan langsung maupun tidak langsung terhadap Industri properti. Sektor yang paling besar sebagai bahan baku sektor bangunan adalah sektor perdagangan dan juga sektor-sektor yang berkaitan dengan bahan bangunan. Kontribusi 15 sektor dengan proporsi terbesar sudah mewakili kebutuhan 71,29% dari input yang dibutuhkan sektor bangunan.
Harga hunian rumah tapak yang selalu naik tiap tahunnya seiring dengan kenaikan bahan baku bangunan membuat masyarakat menengah ke bawah akan kesulitan untuk memiliki hunian pertamanya. Untuk itu perlu adanya dukungan pemerintah sala satunya adalah dengan memperpanjang insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).
Emiten pengembang properti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dikesempatan yang sama mengaku akan terus mengembangkan proyek rumah tapaknya di tahun 2023. Hal ini melihat permintaan rumah tapak yang diproyeksikan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya demografi penduduk di Indonesia.
Sumber: Kontan