Meski masih terkoreksi sejak awal tahun ini, harga nikel mulai perlahan bangkit. Katalis positif bagi nikel ke depan adalah rencana Filipina menetapkan pajak ekspor.
Presiden HFX International Berjangka Sutopo Widodo mencermati bahwa Nikel berjangka diperdagangkan di sekitar US$ 26.000 per ton saat ini karena investor sedang memperhatikan gangguan permintaan dan pasokan. Filipina sebagai produsen nikel terbesar kedua di dunia, kemungkinan akan mengenakan pajak ekspor nikel seperti Indonesia.
Mengutip Bloomberg, Manolo Serapio dan Andreo Calonzo menjelaskan bahwa biaya ekspor yang lebih tinggi dari pemasok utama dapat memperketat pasokan dan mendorong harga nikel. Tetapi wacana Filipina menerapkan pajak ekspor penerapannya belum bisa dipastikan, dan negara tersebut tidak akan memiliki pengaruh sebesar Indonesia.
Filipina menyumbang sekitar 11% pasokan nikel tambang global, sementara Indonesia berkontribusi sebesar 48% untuk global. Indonesia dan Filipina adalah pemasok nikel terbesar di dunia yang digunakan dalam pembuatan baja tahan karat dan baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik ke pasar utama China.
Sumber: Kontan