PT Petrosea Tbk (PTRO) mulai mengimplementasi strategi diversifikasi ke sektor non batubara. Untuk pertama kalinya, PTRO memfasilitasi produksi emas dore bullion di proyek tailing management untuk PT Santana Rekso Nindhana. Proyek ini berlokasi di tambang emas milik PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) di Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.
Pada 2 Februari 2023 lalu, manajemen Petrosea yang diwakili Romo (Robert) Nitiyudo Wachjo selaku Presiden Komisaris PTRO serta Romi Novan Indrawan selaku Presiden Direktur PTRO bersama seluruh pihak terkait menghadiri peresmian pabrik pengolahan tailing tersebut. Romi menyebut, pencapaian ini merupakan wujud nyata dari diversifikasi usaha Petrosea ke sektor emas.
Sampai dengan akhir tahun 2022, PTRO berhasil mengantongi total nilai kontrak kurang lebih sebesar US$ 1,6 miliar atau setara dengan Rp 24,8 triliun. Adapun, untuk mendukung ekspansi bisnis dan strategi diversifikasi, Petrosea mencadangkan anggaran belanja tahun 2023 yang naik sekitar 30% dari tahun sebelumnya.
Komentar: PTRO mengimplementasikan strategi
diversifikasi ke sektor non batubara yaitu produksi emas dore bullion yang
berlokasi di tambang emas milik PT Nusa Halmamera Minerals (NHM), Maluku Utara.
Emas dore bullion yang merupakan Batangan mulia atau mas murni dengan proses panjang
dan rumit bisa terbilang harga mas murni ini terbilang mahal. Namun banyak dicari
karna kandungan mas murninya. PTRO mengalokasikan capex 2023 sebesar Rp 2,7 triliun atau US$ 178 milion, naik
sekitar 30% dari capex tahun lalu. Kas dan setara kas pada Q32022 sebesar US$
64 milion, masih kurang. Kemungkinan bisa dikombinasikan dengan utang dan kas
internalnya untuk memenuhi alokasi capexnya.
Sumber: Kontan