Ditutup di Level 6.698, IHSG Akhir Pekan Melemah -0,23 Persen

Senin, 19 Juni 2023. 05:06 WIB - Bagikan ke Facebook Whatsapp Twitter
Regional Index

Dow Jones

 

34,299.12

 

-108.94

 

-0.32 %

 

S&P 500

 

4,409.59

 

-16.25

 

-0.37 %

 

NASDAQ

 

13,689.57

 

-93.25

 

-0.68 %

 

FTSE 100

 

7,642.72

 

+14.46

 

+0.19 %

 

NIKKEI

 

33,706.08

 

+220.59

 

+0.66 %

 

HANG SENG

 

20,040.37

 

+211.45

 

+1.07 %

 

GOLD

 

1,970.95

 

-0.75

 

-0.04 %

 

CRUDE OIL WTI

 

71.93

 

+0.82

 

+1.16 %

 

BRENT OIL

 

76.26

 

+0.59

 

+0.78 %

 

NICKEL

 

22,943.50

 

-49.50

 

-0.22 %

 
 
HATI HATI PENIPUAN ! KOMUNITAS PANENSAHAM TIDAK PERNAH MENGELOLA UANG
Market News
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sore akhir pekan ini, Jumat (16/6/2023) berakhir melemah di zona merah dengan turun -0,23% atau terpangkas -15,248 basis point di level 6.698,547. IHSG bergerak variatif dari batas atas di level 6.727 hingga batas bawah pada level 6.669 setelah dibuka pada level 6.713.
IDXENERGY turun -0,28%, IDXBASIC Naik 0,42%, IDXINDUST -naik 0,02%, IDXCYCLIC -0,42%, IDXNONCYC -0,47%, IDXHEALTH -0,66%, IDXFINANCE -0,14%, IDXPROPERT -0,42%, IDXTECHNO Naik 2,74%, IDXINFRA -0,60%, dan IDXTRANS -0,20%.
Di sisi lain, Indeks LQ45 tercatat turun -0,01% ke level 952,158. Sedangkan, JII turun -0,28% ke level 547,838. Selanjutnya, IDX30 ditutup naik 0,01% ke level 495,548. Sementara IDX80 tercatat melemah -0,08% ke level 131,400.
 
Berita Emiten
Gajah Tunggal (GJTL) Incar Penjualan Naik 15 Persen di tahun 2023
PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) berupaya meningkatkan kinerja bisnisnya pada 2023. Emiten ini masih fokus untuk menjual ban pengganti atau di pasar replacement. Adapun, GJTL meraih kenaikan penjualan 5,21% year on year (YoY) menjadi Rp4,44 triliun pada kuartal I-2023. EBITDA GJTL ini juga naik 32,97% YoY menjadi Rp 605 miliar pada saat yang sama.
Finance Director Gajah Tunggal Kisyuwono mengatakan, sebagian besar penjualan ban GJTL ditujukan ke pasar replacement. Sejauh ini, tren penjualan ban pengganti dianggap GJTL cukup stabil. Kendati demikian, GJTL juga turut memasok ban untuk pasar Original Equipment Manufacturer (OEM) ke beberapa merek kendaraan roda dua dan roda empat yang ada di Indonesia. Misalnya, Honda, Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki di segmen sepeda motor, serta Toyota, Honda, dan Daihatsu di segmen mobil.
Pertumbuhan kinerja GJTL juga didorong dari upaya perusahaan dalam menaikkan harga jual produk ban yang dilakukan sejak tahun lalu. Penyesuaian harga jual ini tak lepas dari lonjakan harga bahan baku ban, seperti karet alam, karet sintesis, ataupun kain ban.
Kenaikan harga komoditas energi seperti minyak mentah juga membawa dampak bagi kelangsungan produksi ban, sehingga sentimen ini turut dipertimbangkan oleh GJTL. Walau tidak dirinci, Manajemen GJTL menyebut besaran kenaikan harga jual ban mereka berbeda-beda atau disesuaikan dengan segmen produk yang bersangkutan. Pihak GJTL juga mengaku tidak bisa membebankan seluruh potensi kenaikan harga jual produk bannya kepada konsumen akhir.
Dia tidak bisa memastikan apakah strategi demikian akan berlanjut pada tahun ini. Pasalnya, GJTL juga harus memonitor terlebih dahulu perkembangan harga bahan baku dan permintaan pasar. Di luar itu, Manajemen GJTL yakin kinerjanya akan terus tumbuh positif selepas kuartal pertama. Hingga akhir tahun nanti, penjualan GJTL ditargetkan tumbuh sekitar 10%-15%. (Kontan)
 
Integra Indocabinet (WOOD) Berniat Masuk ke Bisnis Perdagangan Karbon
PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) melirik peluang bisnis di sektor perdagangan karbon. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan konsensi hutan yang dimiliki oleh WOOD.
Adapun, WOOD memiliki dua konsensi hutan seluas lebih dari 163.425 hektare (Ha) yang berlokasi di kawasan Kalimantan Timur. Konsensi hutan tersebut dikelola oleh anak usaha WOOD yakni, PT Narkata Rimba dan PT Belayan River Timber. WOOD pun memiliki kuota produksi kayu dari hutan tersebut sebanyak 90.000 meter kubik per tahun.
Direktur Integra Indocabinet (WOOD) Wang Sutrisno mengatakan, tidak lama lagi pemerintah akan mengumumkan tata cara perdagangan karbon. Hal ini semakin menguatkan sinyal bagi WOOD untuk segera masuk ke bisnis perdagangan karbon, terutama yang berkaitan dengan pengembangan natural based solution (NBS).
Manajemen WOOD menyebut, dengan berkecimpung di pasar perdagangan karbon, maka diharapkan WOOD bisa mengekspor karbon offset pada masa mendatang. Potensi itu cukup terbuka mengingat Indonesia menjadi kontributor karbon offset terbesar di dunia bersama dengan Brazil dengan porsi masing-masing 15% dari total nilai pangsa pasar produk tersebut.
Lantas, WOOD akan memfokuskan penggunaan dana belanja modalnya atau capital expenditure (capex) pada tahun ini untuk pengembangan segmen kehutanan. (Kontan)
 
Sido Muncul (SIDO) Catat Penyerapan Capex Masih di Bawah 20 Persen Hingga Tengah Tahun 2023
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) menjabarkan penyerapan belanja modal atawa capital expenditure (capex) masih di bawah 20% hingga kini.
Direktur Sido Muncul Leonard menjelaskan, tahun ini pihaknya mengalokasikan belanja modal sebesar Rp197 miliar. Alokasi sebesar itu hampir sama dari 2022 sebesar Rp200 miliar. Leonard juga memberikan gambaran kinerja keuangan Perseroan masih sangat stabil dan positif hingga kuartal II 2023. Hal ini melanjutkan tren kinerja yang tercatat cukup memuaskan pada kuartal I 2023 sebelumnya.
Namun, SIDO enggan membeberkan lebih jauh mengenai besaran angka dan lainnya. Pihaknya optimistis, target yang dipasang di awal tahun dapat tercapai. SIDO mengincar pertumbuhan penjualan yang cenderung konservatif pada tahun ini, yakni di kisaran 10% sampai 15%.
Mengenai berhadapan dengan masa Pemilu, SIDO melihatnya sebagai sebuah peluang alih-alih tantangan. Leonard menjabarkan masa pemilu berpotensi meningkatkan daya beli masyarakat. Berangkat dari sana, SIDO percaya bahwa permintaan Sido Muncul juga akan terkerek. (Kontan)
 
Proyek Smelter Inalum-Antam di Mempawah Tuntas 2025
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) kini tengah menuntaskan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah yang digarap bersama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).
Sekretaris Perusahaan Aneka Tambang Syarif Faisal Alkadrie mengungkapkan, saat ini fase konstruksi sudah mencapai sekitar 40%. Dalam proyek SGAR Mempawah, Antam berfokus dalam penyiapan tambang bauksit untuk mendukung suplai jangka panjang bagi proyek berkapasitas 1 juta ton per tahun tersebut.
Adapun, proyek senilai US$ 830 juta tersebut dikelola oleh perusahaan patungan Inalum dan Antam yaitu PT Borneo Alumina Indonesia. Dalam perusahaan patungan tersebut, Inalum memegang porsi saham 60% dan Antam sebesar 40%. Pihaknya membuka diri dalam menjalankan kemitraan strategis. (Kontan)

Disclaimer On 
Bagikan:

DISCLAIMER ON!

Pandangan diatas merupakan pandangan dari PanenSAHAM, dan kami tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang diterima oleh investor dalam bertransaksi. Semua keputusan ada di tangan investor

Halaman menarik lainnya: