PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) mengemukakan bahwa momen Ramadan di kuartal I 2023 menjadi sebuah tantangan tersendiri.
Direktur Utama PRDA, Dewi Muliaty menjelaskan alasannya bahwa daya beli masyarakat di momen ini akan terfokus pada hal yang lain. Dia juga melanjutkan mengenai performa kinerja tahun 2022 yang tercatat mengalami penurunan. Pendapatan dari kontrak dengan pelanggan selama 2022 mengalami penyusutan 17,74% secara tahunan atau year on year (yoy), dari semula dari Rp 2,65 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp 2,18 triliun pada tahun lalu.
Di sisi lain, Prodia Widyahusada terpantau mampu menurunkan beban pokok pendapatan hingga 16,18% yoy. Angkanya menyusut menjadi Rp 854,53 miliar selama tahun lalu, dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,01 triliun.
Penurunan kinerja juga terjadi pada bottom line PRDA. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih merosot angkanya hingga 40,36% yoy, dari sebelumnya Rp 623,23 miliar selama tahun 2021, menjadi hanya Rp 371,64 miliar per akhir Desember tahun lalu.
Melihat hal tersebut, Dewi menjelaskan bahwa tingkat frekuensi kunjungan masyarakat sudah mulai kembali seperti masa sebelum pandemi. Namun begitu, PRDA menilai bahwa kesadaran atau awareness masyarakat terhadap kesehatan bertambah tinggi.
Tahun ini tren demikian masih akan berlanjut namun frekuensi bertambah. Pihaknya juga membidik pelanggan baru dari platform digital seperti telemedicine dan pemeriksaan efek pandemi. Pihaknya mengandalkan layanan paket-paket kesehatan bersifat prefentif, prediktif dan deteksi, seperti pengecekan kesehatan genomik di tahun ini. Pihaknya tidak menyebutkan angka pertumbuhan yang dibidik tahun ini.
Sumber: Kontan