Thailand, pengekspor beras terbesar di dunia setelah India, berada di jalur untuk mengirimkan volume tertinggi dalam empat tahun karena negara pengimpor meningkatkan pembelian untuk mengisi stok dan menjaga inflasi makanan. Ekspor mungkin akan naik menjadi 8 juta ton tahun ini karena mata uang yang lemah meningkatkan daya saing dan negara-negara seperti China berupaya membangun kembali persediaan sebelum liburan Tahun Baru Imlek, kata Chookiat Ophaswongse, presiden kehormatan Asosiasi Eksportir Beras Thailand. Pengiriman bisa bertahan pada tingkat yang sama hingga tahun depan, katanya. Harga makanan pokok seperti gandum dan minyak goreng mencapai rekor tahun ini setelah invasi Rusia ke Ukraina membatasi pasokan Laut Hitam. Itu memicu gelombang proteksionisme pangan karena pemerintah menahan ekspor untuk mendinginkan harga. Salah satu negara yang melakukan ini adalah India, pengirim beras terkemuka, yang membuka pintu bagi Thailand. Indonesia adalah salah satu negara yang membeli beras asing untuk meningkatkan stok dan membatasi inflasi. Bulog milik negara mengimpor gabah untuk pertama kalinya sejak 2018, dengan 200.000 ton berasal dari Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar. Departemen Pertanian AS melihat permintaan Indonesia membantu meningkatkan ekspor Thailand menjadi 8,5 juta ton pada tahun 2023, dan telah meningkatkan perkiraannya untuk tahun ini menjadi 7,9 juta ton karena permintaan yang kuat dari Irak. Permintaan Irak juga akan terus berlanjut hingga tahun depan dan pengiriman ke Indonesia kemungkinan akan meningkat, kata Chookiat. Thailand harus memiliki banyak pasokan karena cuaca yang baik selama panen utama tahun ini dan produksi yang kuat di luar musim tahun depan, katanya.
Sumber: Bloomberg