PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) memangkas target penjualan sebanyak 45%-50% secara tahunan (Year on year/YoY). Langkah ini sebagai dampak dari tingkat suku bunga kredit perumahan di Amerika Serikat (AS).
Direktur Integra Indocabinet Wang Sutrisno menerangkan penjualan segmen furnitur dan building component memiliki korelasi yang tinggi dengan pasar properti. Dengan tingkat suku bunga kredit perumahan AS yang mencapai lebih dari 7%, menyebabkan permintaan produk building component dan furnitur melambat di tahun 2023. Adapun, penjualan WOOD didominasi ekspor, terutama ke pasar AS.
Meski begitu, dengan dilakukannya beberapa efisiensi biaya produksi, Wang meyakinkan WOOD masih dapat menjaga agar laba bersih masih dapat tumbuh. Hanya saja, Wang tidak merinci bagaimana estimasi penjualan dan laba bersih WOOD sepanjang tahun ini.
Adapun, pada periode semester I-2023, WOOD mengalami penurunan kinerja yang cukup signifikan. Penjualan bersih WOOD hingga Juni 2023 hanya mencapai Rp 1,27 triliun. Mengalami penurunan 59,42% dibandingkan penjualan bersih yang diraih WOOD pada semester I-2022 senilai Rp 3,13 triliun.
Investor Relation Integra Indocabinet Fajar Andika menyatakan WOOD terus melakukan diversifikasi pasar. Langkah ini ditempuh untuk mengantisipasi gejolak ekonomi yang masih membayangi AS. Strategi tersebut akan ditopang oleh kapasitas produksi WOOD sebagai salah satu yang terbesar di Indonesia pada sektor ini. Dengan total kapasitas produksi building komponen dan furniture mencapai sekitar 400.000 m3.
WOOD menyiapkan anggaran belanja modal (capex) sekitar Rp 100 miliar - Rp 150 miliar pada tahun ini. Capex tersebut akan dialokasikan untuk memperkuat segmen manufaktur dan forestry.
Sumber: Kontan