PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) membutuhkan dana jumbo hingga US$3 miliar atau sekitar Rp46,74 triliun (kurs jisdor Rp15.582 per dolar AS) untuk mendanai ekspansi besar-besaran perseroan.
Direktur Keuangan PGEO Yurizki Rio mengatakan, dana jumbo yang dibutuhkan perseroan untuk mendanai rencana ekspansi perseroan tersebut untuk jangka panjang hingga 2029 mendatang.
Sementara, pada 2024 PGEO menyiapkan anggaran belanja modal sebesar US$547 juta atau sekitar Rp8,52 triliun. Capex tersebut akan digunakan untuk ekspansi dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi perseroan serta membiayai rencana pertumbuhan secara organik dan akuisisi.
Untuk capex tahun ini PGEO siapkan sekitar US$547 juta, di mana sekitar 10-15% untuk maintenance, dan sisanya untuk growth capex. Sumber dana belanja modal akan dioptimalkan dari fasilitas PGEO yang sudah ada seperti sindikasi perbankan, hingga penerbitan obligasi untuk pembiayaan kembali (refinancing).
PGEO tahun ini juga melakukan pengeboran (development drilling) untuk proyek Lahendong unit 7 dan 8 dengan target operasi komersial atau commercial operation date (COD) pada 2027. Oleh sebab itu, kapasitas terpasang PGEO akan bertambah sekitar 8,18% dari 672 MW pada 2023 menjadi 727 MW pada 2024.
Terkait ekspansi internasional, PGEO telah mencapai kesepakatan dengan perusahaan pengembang panas bumi Kenya, Geothermal Development Company Ltd. (GDC) dan Africa Geothermal International Ltd. (AGIL), untuk mempercepat pengembangan dua lapangan panas bumi di negara Afrika yang estimasinya mulai tahun ini.
Sumber: Kontan