JAKARTA, investortrust.id – PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mengumumkan penutupan layanan marketplace mulai Selasa (7/1/2024), meski demikian Pelapak dan konsumen masih diberikan kesempatan bertansaksi produk fisik hingga 9 Februari 2025. Penutupan tersebut bagian dari tranformasi bisnis untuk focus pada penjualan produk virtual.
Meski layanan marketplace ditutup, Bukalapak (BUKA) dalam laporan kinerja keuangan hingga akhir September 2024 masih menggenggam kas bernilai Rp 11,36 triliun. Angka tersebut susut dari periode sama tahun lalu senilai Rp 19,17 triliun.
“Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan focus pada produk virtual. Oleh karena itu, kami akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace Bukalapak,” tulis pengumuman resmi Bukalapak dalam blog resminya, Selasa (7/1/2025).
Manajemen melanjutkan bahwa perubahan ini akan berdampak pada usaha Pelapak, sehingga transisi tersebut akan dijalankan sebaik mungkin. Perseroan juga telah menyiapkan sejumlah panduan dan langkah-langkah untuk membantu Pelapak selama proses transisi.
Usai menghentikan penjualan produk fisik, Bukalapak nantinya akan focus menjual produk virtual, seperti pulsa prabayar, paket data, token Listrik, angsuran kredti, BPJS Kesehatan, dan produk pembayaran lainnya.
Rencana transformasi bisnis ini sebelumnya telah diumumkan Bukalapak (BUKA) pada akhir Oktober 2024. Pereseroan menyebutkan rencana untuk menghentikan dan menutup sejumlah lini usaha dan anak usaha. Aksi korporasi dengan tujuan untuk menciptakan pertumbuhan kinerja keungan berkelanjutan ini ditargetkan tuntas paling lambat kuartal II tahun 2025.
Penutupan sejumlah segmen bisnis dan anak usaha ini bagian dari focus perseroan terhadap pertumbuhan yang menguntungkan dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Aksi ini juga bagian dari disiplin keuangan untuk mencapai pertumbuhan ke depan.
Manajemen BUKA mengurai bahwa perseroan telah melakukan investasi dalam mengembangkan bisnisnya secara organik dan melalui sejumlah pengambilalihan dalam rangka memasuki pangsa pasar baru. Perseroan juga telah melakukan identifikasi untuk menentukan peningkatan di setiap segmen usaha dan anak perusahaan yang sejalan dengan strategi jangka panjang.
Namun, terang dia, sejak IPO saham perseroan terjadi perubahan yang substansial, termasuk dinamika persaingan. Biaya operasional perseroan menjadi lebih tinggi, dibandingkan dengan kontribusi pendapatan dari berbagai segmen usaha. Hal ini tidak sejalan dengan strategi jangka panjang BUKA untuk mencapai profitabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan.
“Kami telah melakukan peninjauan kembali terhadap prospek sejumlah segmen usaha perseroan dan memutuskan perlu melakukan restrukturisasi usaha untuk mencapai tujuan strategis tersebut. Kerugian dan tantangan industri yang dialami oleh masing-masing segmen usaha dan anak perusahaan selama tiga tahun terakhir mendorong manajemen untuk mengambil keputusan aksi ini,” tulis manajemen perseroan.
Grafik Saham BUKA