Malaysia, produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, sedang mempertimbangkan berbagai pembatasan perdagangan untuk membalas apa yang disebutnya kebijakan tidak adil dari Uni Eropa yang memblokir akses pasar untuk minyak tropis. Negara Asia Tenggara itu akan mengoordinasikan tanggapannya dengan Indonesia, pemasok minyak nabati terbesar di dunia. Strategi yang sedang dipertimbangkan termasuk memperlambat perdagangan komoditas dengan Eropa dan meninjau impor dari blok tersebut, menurut Wakil Perdana Menteri Malaysia Fadillah Yusof. Kedua negara – yang bersama-sama menghasilkan lebih dari 80% pasokan minyak sawit dunia – mengatakan aturan tersebut diskriminatif. Ini akan memutus akses pasar bagi jutaan petani kecil di seluruh wilayah, Amerika Latin, dan Afrika yang tidak memiliki sarana untuk memenuhi persyaratan ketertelusuran yang lebih ketat. Minyak kelapa sawit digunakan untuk membuat segalanya mulai dari cokelat hingga lipstik, sabun, dan deterjen.
Sumber: Bloomberg