PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 110,13 juta (sekitar Rp 1,6 triliun) pada kuartal I-2023, membaik dari posisi rugi US$ 224,66 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Per 31 Maret 2023, maskapai pelat merah ini mencatatkan total pendapatan usaha US$ 602,99 juta, terbang 72,2% dari US$ 350,15 juta di 3 bulan pertama 2022. Pendapatan usaha Garuda di kuartal pertama tahun ini terdiri dari penerbangan berjadwal US$ 506,82 juta, penerbangan tidak berjadwal US$ 12,81 juta, dan lainnya US$ 83,35 juta.
Adapun total beban usaha mencapai US$ 605,18 juta, meningkat 14,9% dari US$ 526,33 juta di kuartal pertama tahun lalu. Beban usaha paling signifikan di kuartal I-2023 adalah beban operasional penerbangan US$ 346,17 juta dan beban pemeliharaan dan perbaikan US$ 78,82 juta. Namun untuk beban pemeliharaan dan perbaikan itu menurun dibandingkan kuartal I-2022 yang sebesar US$ 108,82 juta.
Garuda mencatatkan rugi sebelum pajak menurun dari US$ 257,16 juta ke US$ 131,42 juta. Sedangkan rugi periode berjalan menyusut ke US$ 110,03 juta dari sebelumnya US$ 224,14 juta pada kuartal I-2022. Per 31 Maret 2023, total aset Garuda US$ 6,18 miliar, turun dari US$ 6,23 miliar pada 31 Desember 2022. Liabilitas naik dari US$ 7,77 miliar menjadi US$ 7,82 miliar.
Sumber: Investor Daily